Langsung ke konten utama

Dewi nulis di 11 Februari 2020

 Selayang Pandang dalam Memahami

Setiap orang tua memiliki hak dan kewajiban kepada anak-anaknya, juga seorang anak pun memiliki hak dan kewajiban kepada kedua orang tua. Dua hal yang memiliki keterkaitan penting yang diketahui melalui makna tersirat Al Qur’an.  Salah satu hak anak adalah mendapatkan pendidikan dimana orang tua berkewajiban memfasilitasi hal tersebut. Menurut Ahmad D Marimba pendidikan merupakan bimbingan jasmani dan rohani dari pendidik yang dilakukan secara sadar guna terbentuknya kepribadian yang utama. Bimbingan jasmani sebagai esensi pengajaran mengenai fisik sedangkan, bimbingan rohani berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan. Bimbingan jasmani dan rohani harus berjalan beriringan guna mendapatkan output yang sesuai hakikat pendidikan. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah membaca. Membaca sebagai jalan memandang dunia, ayat pertama yang turun juga merupakan perintah membaca. Membaca memiliki arti luas, bukan hanya sekedar huruf alphabet yang disusun sehingga memiliki arti. Fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan juga dilalui dengan adanya membaca situasi dan kondisi.

Pembekalan anak mengenai bimbingan rohani bisa dijalani dengan proses mengaji secara bertahap bermula dari iqro, juz ‘amma, qur’an dan kitab-kitab. Pada tingkatan iqro’ juga memiliki tahapan berawal dari jilid satu, dua hingga enam. Berawal dari huruf-huruf hijaiyah yang tertulis rapi hingga huruf hijaiyah yang digabung-gabungkan. Pada tingkatan inilah awal mula diriku berinteraksi dengan tulisan arab sekitar umur empat tahun. Gaya bahasa anak kecil dalam melafalkan seringkali tidak sesuai dengan bunyi sesungguhnya, hal ini dapat berakibat fatal ketika terus-menerus dipakai hingga dewasa kelak. Oleh karena itu, pentingnya bimbingan orang tua maupun guru sesuai tingkatannya. Seiring berjalannya usia, pada tingkatan juz ‘amma diri ini diharuskan menghafalkan surat-suratan pendek ini. Bergantian mengantri pada guru ngaji bersama teman-teman merupakan hal mengasyikan. Hingga tak terasa al qur’an akan khatam. Pada akhir tingkat ini diadakannya khotmil qur’an sekitar 28 anak yang masing-masing anak mendapatkan jatah membaca surat diatas panggung, disaksikan banyak orang. Hal terindah adalah ketika menaiki panggung khotmil qur’an disertai pemanggilan nama kita dan orang tua kita. Betapa bahagianya orang tua kita, melihat anak-anaknya kini telah berhasil mengkhatamkan al qur’an. Kebahagiaan banyak dirasakan semua orang, terutama guru. Beliau sebagai obor api yang menyambungkan nyala pada lilin-lilin. Namun, ada yang lebih penting dari sekedar kebahagiaan. Yakni seberapa kuat dan mampu akhlaqnya. Pada khotmil qur’an para malaikat menyaksikan dan ikut berdo’a kepada Rabb.

Proses mengaji tidak berhenti karena telah menyelesaikan 30 juz, justru karena itu kita akan lebih digembleng dengan jejalan-jejalan lebih banyak. Penguatan dari segi pelafalan, fasih tidaknya bacaan. Hingga pengulangan ilmu tajwid bersumber syarah kitab Hidayatussibyan yang diterjemahkan pada kitab Syifauljinan. Tanda-tanda seperti imalah, isymam dan lain-lain yang justru membuat diri ini sadar, bahwa selama ini selama membaca al qur’an masih memiliki kekeliruan. Dimasa kini yang beranggapan jika sudah mengkhatamkan al qur’an pada kelas diniyah merupakan tahap finish dalam belajar ilmu agama ditambah usia yang sudah remaja keatas adalah masalah besar umat islam dimasa sekarang. Hal itu membuat diri ini menangis, mengingat pentingnya mempelajari al qur’an.

Penulis dalam memperdalam ilmu agama melalui bimbingan orang tua hingga guru ngaji (kyai maupun nyai). Bermula sejak usia empat tahun sering diajak ke mushola serta mengikuti kegiatan-kegiatan mengaji. Setiap hari dimulai menjelang maghrib hingga isya, dalam menunggu waktu isya terdapat kegiatan mengaji (ngaji sorogan) terhadap Bu Nyai. Menginjak usia TK, diri ini dimasukan kedalam taman kanak islam guna menyokong ilmu agama. Pada masa ini, diri ini mulai paham dengan angka-angka arab, menulis huruf hijaiyyah, menulis bismillah dengan arab hingga sapaan-sapaan orang arab. Seperti shobahul khoir, masaaul khoir dan lain-lain. Pada masa ini, penulis menghabiskan waktu pagi menjelang siang di TK kemudian malam menjelang maghrib di mushola guna mengaji.

Berlanjut pada masa selanjutnya yaitu, diri ini masuk di bangku sekolah dasar. Semester awal dilalui dengan baik, pertemuan mata pelajaran keagamaan dalam seminggu hanya dua jam pelajaran. Maka tak heran, nilai keagamaanku tinggi karena ngaji diniyahku membantu mata pelajaran ini. Suatu ketika aku mendapatkan PR di tempat mengajiku untuk menulis Surat Al Fatihah. Ternyata, aku lupa menulis lafal bismillah kemudian aku bertanya kepada ayahku. Semenjak itu, pada kenaikan kelas ke tingkat 2 sekolah dasar. Akhirnya aku dipindah ke madrasah ibtidaiyah guna mendapatkan mata pelajaran keagamaan yang lebih banyak. Jenjang pendidikan formalku dilalui melalui lembaga madrasah. Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah hingga perguruan tinggi pun berada di naungan islami. Hal ini, tak luput karena orang tua menginginkan agar diri ini mampu berpegang teguh juga berpengetahuan tentang agamanya. Tak hanya itu, masa mengaji di mushola itu hanya sampai tamat madrasah tsanawiyah. Pada masa aliyah, diri ini dimasukan di pondok pesantren. Mengaji dan belajar seperti dua puluh empat jam full. Kemudian berlanjut, merantau di Yogyakarta untuk berkuliah juga mengaji di pondok pesantren.

Dalam memperdalam ilmu agama dan ilmu dunia, orang tua ku mempercayaiku hingga melepas di kota. Pesannya singkat  “seimbanglah antara keduanya akhirat dikejar, dunia mengikuti”. Berbekal pesan ini kulalui hari-hari sudah delapan bulan berjalan. Mengaji al qur’an, kitab-kitab dan juga prihatin (riyadoh). Kegiatanku tak hanya melulu kuliah dan ngaji. Tujuan tri dharma perguruan tinggi mulai kuterapkan dengan mengkorelasikan kewajibanku sebagai santri (nguri-nguri agama Gusti Allah) melalui kegiatan mengajar di Taman Pendidikan Al qur’an. Mengajar membaca huruf hijaiyah melalui Iqro’ pada anak-anak usia dibawah dua belas tahun. Dalam seminggu aku mengajar di dua tempat. Dimulai setelah ashar hingga setengah enam. Materi yang diajarkan juga tentang aqidah, akhlak hingga hafalan surat-surat dan doa sehari-hari.

Inspirasi yang mampu menggerakan hati ini agar melakukan hal tersebut tak lain karena Abah. Beliau pengasuh pondokku saat ini. Sosok kyai yang kharismatik, mencontohkan langsung pada santri-santri nya agar bertingkah laku sesuai sosok suri tauladan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Ketika mengajar bandongan kitab riyadhussholihin beliau selalu menjejali pesan-pesan sebagai bekal hidup yang tak lain adalah tindakan nyata nanti ketika terjun di masyarakat.  Santri sebagai pelopor menghidupkan agama Allah, tak hanya itu santri harus  tetap eksis di era masa kini. Tidak boleh menjadi sampah di masyarakat, harus mampu berkontribusi.  Salah satu pesan yang setiap hari diucapkan oleh beliau yaitu “santri nek ora ngaji yo mulang ngaji” artinya santri itu ya ngaji kalau tidak ngaji yang mengajar ngaji. Segala ucapan pesan-pesan beliau tidak hanya sekedar formalitas pemberian nasehat dari guru ke murid. Tentu, semua itu telah beliau lalui ketika muda dulu. Semua inilah yang membuat diri ini sadar dan bermulalah untuk terjun dimasyarakat melalui tahap yang dilihat tentu mudah dilakukan oleh diri ini. Namun dibalik semua itu penulis juga meminta doanya pada pembaca agar mampu tetap istiqomah dan diberi kesehatan juga dalam membagi waktu antara mengaji, kuliah dan mengajar. Dan semoga semuanya yang dilakukan bermanfaat dan berkah untuk semua.

Untuk pembaca tulisan ini, semoga selalu dalam lindunganNya dan selalu diberikan keistiqomahan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Materi KeNUan kelas VIII

  NAHDLATUL ULAMA DALAM MENYEBARKAN PAHAM AHLUSSUNAH WALJAMAAH §   Ulama adalah orang islam yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Ilmu Agama dan mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Ia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan mulia karena menjadi pewaris ajaran para nabi yang wajib diteladani. §   Peran Ulama sangat banyak baik dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, kenegaraan maupun dalam pendidikan dan ekonoma i. §   Banyak bukti dan usaha yang dilakukan oleh NU dalam mempertahankan ajaran-ajaran Aswaja. Bukti tersebut nampak baik melalui peperangan, debat maupun mendirikan organisasi NU. Sedangkan usaha yang sudah dilakukan diantaranya menyeleksi, meneliti buku maupun kitab yang menjadi rujukan belajar warga NU, memasyarakatkan paham Aswaja dan pelestarian amalan Nahdliyin.   SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM MENURUT AHLUSSUNAH WALJAMAAH §   Paham Ahlussunah Waljamaah atau Aswaja, memiliki empat sumber hokum yang telah disepakati para ulama, yaitu Al Qur’an

LOGO MADRASAH

MAKALAH QUR'AN HADIST MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLOH & KHALIFAH DI BUMI

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Manusia sebagai Hamba Alloh dan sebagai Khalifah di Bumi   Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.              Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami  menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.               Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Manusia sebagai H